Sabtu, 30 Januari 2010

Citizen Jurnalism

Citizen Journalism

Perkembangan jurnalistik mulai berkembang pesat pada saat sekarang ini.baru baru ini muncul citizen jurnalistik yang awal mulanya berkembang Di USA tahun 2004, dilangsungkan pemilu untuk memilih Presiden Amerika. Dua calon, Bush dari Partai Republik dan Kerry dari Partai Demokrat bersaing ketat. Banyak masyarakat Amerika yang bosan dengan berita-berita yang disampaikan oleh koran-koran, karena koran-koran dikuasai oleh partai-partai tersebut. Akhirnya, dari mana orang bida memperoleh berita dengan perspektif yang berbeda?
Citizen Journalism, bagi beberapa orang adalah hal baru, tapi bagi beberapa orang yang lain menganggap ini adalah konsep yang sudah lama dikenal, namun baru sekarang gencar dilaksanakan. Dan, Senin 9 Oktober lalu, topik ini diangkat bahkan diangkat secara khusus oleh seseorang yang ahli dalam hal blogging, komunikasi, media,dan jurnalistik yaitu Wimar Witoelar. Di wawancara oleh MNC News, selama 30 menit Wimar Witoelar membahas mengenai hal ini. Sungguh seru sekali. Bagi yang tidak sempat menyaksikan, semoga lewat blog ini bisa lebih memahami apa itu Citizen Journalism :) Untuk artikel lain yang sejenis, juga dapat dilihat di Prespektif.com

Etika dalam Citizern Journalism

Ditanya mengenai akuntabilitas berita di blog, bagaimana caranya mengatur supaya tidak ada SARA, pornografi, dll serta diperlukan atau tidak adanya aturan terhadap blog, dengan lugas WW memberikan argumennya, “Aturan itu diperlukan mengikuti gejalanya. Banyak orang bilang sedia payung sebelum hujan, tapi bagi saya ngapain bawa payung kalau tidak ada gejala mau hujan? Jadi, jangan batasi Blog.” Menurut WW, yang menjadi masalah sebenarnya adalah crime-nya, bukan mediumnya (blog). Pengaturan perilaku itu perlu, tapi jangan apriori, karena kalau segala sesuatunya diatur, orang malah tidak ada inisiatif. Sebagaimana kata WW, sebuah Blog yang baik itu memiliki fasilitas jawab dan melakukan fungsi moderator. Tidak perlu ada UU khusus yang mengatur blog seperti UU Pers begitu, karena WW yakin bagaimanapun Etika pribadi tiap-tiap orang itu jauh lebih kuat daripada berbagai macam UU.

Citizen Jurnalistik atau bisa di sebut jurnalistik warga.

Dikaitkan dengan masalah politik, di Indonesia blog yang bernuanasa politik secara kuantitas masih kecil, namun kualitasnya sangat bermutu. Sebaian besar blog di Indonesia isinya masih meruapakan masalah pribadi, hal ini wajar saja, karena blogger umumnya berusia 20-35 tahun. Hal ini bagus, karena dapat menunjukkan bagaimana dinamika masyarakat dan dapat menjelaskan juga bagaimana pemikiran masing-masing orang tentang banyak hal. Terkait dengan masalah politik, sebenarnya blog bisa juga dijadikan alat kampanye yang baik. Substansi sebuah kampanye bisa dimuat diblog. Kalau seseorang ingin berkampanye lewat media cetak mungkin space-nya bisa terbatas, tapi lewat blog, hal itu menjadi tidak terbatas.
Citizen journalism atau jurnalistik masyarakat sekarang menjadi istilah yang popular untuk menyebut kalangan masyarakat yang dapat membuat berita layaknya wartawan resmi suatu media. Berita berita besar di Indonesia seperti tsunami aceh dan gempa jogja merupakan contoh hasil dari citizen journalism, karena justru masyarakat yang pertama kali meliput atau mengambil gambar bencana tersebut sehingga kita bisa menyaksikan betapa dasyatnya kejadian saat itu. Wartawan resmipun belum tentu bias mengambil gambar dan moment pada saat itu karena terbatas pada waktu. Sehingga bisa diartikan bahwa citizen journalism atau jurnalistik masyarakat adalah suatu berita, kejadian, informasi baik berupa tulisan, visual gambar gerak atau diam yang mempunyai nilai berita yang dibuat oleh seorang atau kelompok masyarakat umum dan bukan wartawan resmi suatu media. Dengan definisi ini jelas bahwa masyarakat umumpun saat ini juga bisa untuk membuat suatu berita berdasar informasi atau kejadian yang ada disekitarnya. Bahkan berita yang dibuat, selain membawa kebanggaan sipembuat juga bernilai komersil karena dapat di berikan pada suatu media untuk dimuat. Apalagi dengan banyaknya media local yang berdiri saat ini sangat terbuka sekali untuk menampilkan hasil liputan dari masyarakat tersebut.

Rabu, 27 Januari 2010

tehnik penulisan berita tv

Struktur Penulisan Berita TV:

Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita televisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu.

Awal (pembuka). Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan.

Pertengahan. Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja di bagian tengah ini.

Akhir (penutup). Jangan akhiri naskah berita tanpa kesimpulan. Rangkumlah dengan mengulang butir terpenting dari berita itu, manfaatnya bagi pemirsa, atau perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi.

Rumus 5 C untuk Penulisan Berita di Media TV:

Conversational:

Ketika menulis naskah berita untuk media televisi, kita menulis untuk didengar. Ingat, televisi adalah media audio-visual, bukan media cetak. Pemirsa kita melihat (gambar/visual) dan mendengar (suara/audio), bukan membaca naskah berita seperti membaca koran.

Kelemahan media televisi adalah berita yang ditayangkan di layar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap isi berita pada tayangan pertama, ia tak punya peluang untuk minta diulang. Kecuali mungkin untuk berita yang dianggap sangat penting, sehingga dari waktu ke waktu selalu diulang dan perkembangannya di-update oleh stasiun TV bersangkutan.

Keterbatasan tersebut berlaku untuk media TV konvensional. Namun, saat ini sudah muncul jenis media TV yang tidak konvensional. Sekarang di sejumlah negara maju sudah mulai diperkenalkan IPTV (internet protocol television), yang bersifat interaktif. Pemirsa yang berminat bisa mengulang bagian dari tayangan TV yang ia inginkan, tentunya dengan membayar biaya tertentu.

Namun, IPTV mensyaratkan adanya infrastruktur telekomunikasi pita lebar yang canggih dan mahal, yang saat ini belum tersedia di Indonesia. Dalam dua atau tiga tahun ke depan (katakanlah sampai tahun 2010), tampaknya infrastruktur semacam ini juga belum siap untuk mewujudkan kehadiran IPTV di Indonesia. Jadi, dalam pembahasan teknik penulisan naskah berita, kita mengasumsikan, media televisi di Indonesia sampai tahun 2010 masih akan bersifat konvensional.

Untuk media televisi yang konvensional, sebuah tayangan berita tidak bisa disimak dan dibaca berulang-ulang seperti kita membaca koran. Pemirsa hanya punya satu kesempatan untuk menangkap isi berita Anda. Oleh karena itu, berita di TV dibuat dengan gaya bahasa bertutur, seperti percakapan sehari-hari, karena ini adalah gaya bahasa yang paling akrab dan biasa didengar orang. Tulislah naskah berita seperti gaya orang berbicara.

Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, kita amat jarang menggunakan kalimat yang berpanjang-panjang, atau memiliki anak-anak kalimat. Namun, meskipun berita di TV menggunakan gaya bahasa bertutur, tata bahasanya tetap harus benar.

Clear:

Batasi kalimat untuk satu gagasan saja. Hal ini akan memudahkan para pendengar untuk menangkap dan memahami isi berita. Jangan menggunakan bahasa jargon atau slang, yang hanya dikenal kalangan tertentu. Hindari susunan kalimat yang rumit.

Atribusi untuk narasumber disampaikan lebih dulu sebelum pernyataannya, dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk menghindarkan kebingungan di pihak pemirsa, dalam membedakan mana narasi dari si reporter dan mana opini dari si narasumber. Ini bertolak belakang dengan praktik yang biasa dilakukan di media cetak.

Jangan menggunakan terlalu banyak angka. Penyebutan angka-angka sulit ditangkap oleh pemirsa ketika mendengarkan berita. Buatlah angka itu mudah dimengerti. Jangan menempatkan angka di awal kalimat, karena bisa membingungkan.

Concise:

Gunakan kalimat-kalimat yang bersifat pernyataan (deklaratif).

Tulislah kalimat-kalimat yang pendek. Menurut hasil riset, kalimat pendek lebih mudah dipahami dan lebih kuat, ketimbang kalimat-kalimat panjang. Sebetulnya tidak ada aturan wajib tentang panjang kalimat yang dibolehkan. Namun, cobalah membatasi agar setiap kalimat yang Anda tulis tidak lebih dari 20 kata.

Compelling:

Tulislah dalam bentuk kalimat aktif. Para penulis berita menggunakan kalimat aktif karena lebih kuat dan lebih menarik. Selain itu, kalimat aktif juga lebih pendek daripada kalimat pasif.


Cliché free:

Kalimat atau pernyataan klise adalah pernyataan yang sudah terlalu sering digunakan di media. Pernyataan klise mungkin tidak akurat dan salah arah, namun harus diakui, banyak reporter merasa sulit menghindari pernyataan klise seperti ini.

Contoh kalimat klise untuk penutup berita: "Kasus itu masih dalam penyelidikan." Kalimat klise seperti ini bisa dibilang tidak memberi informasi tambahan apapun kepada pemirsa.

Maka, kalimat klise ini sebaiknya diganti dengan yang lebih informatif. Misalnya: "Polisi sampai hari ini masih belum mengetahui penyebab kecelakaan. Polisi mengharapkan, hasil penyidikan akan dapat diungkapkan hari Jumat besok. Reportase Trans TV akan melaporkan perkembangan ini besok untuk Anda."

Aturan-aturan Dasar:

Ada aturan-aturan dasar tertentu dalam penulisan berita untuk media televisi. Aturan ini bertujuan untuk membuat isi berita tersebut lebih mudah dipahami oleh pemirsa. Aturan ini juga akan membantu dan memudahkan presenter atau reporter di lapangan untuk membacakan berita tanpa kesalahan.

Angka. Dalam penulisan angka, sebutkan jelas angka dari "satu" sampai "sebelas". Lebih dari "sebelas", ditulis dalam bentuk angka: 12, 14, 25, dan seterusnya.

Untuk uang senilai Rp 145.325,50 tulis saja "seratus empat puluh lima ribu rupiah" atau "145 ribu rupiah."

Untuk menyebut tahun, sebut apa adanya, karena presenter akan dengan cepat memahami angka tahun. Misalnya: 1998, 2007, dan seterusnya.

Singkatan dan akronim. Tuliskan dengan jelas singkatan sebagaimana Anda ingin mendengarnya on air. Misalnya: ITB ditulis "I-T-B."

Jika suatu akronim sudah cukup dikenal, biarkan seperti apa adanya di naskah. Misalnya: NATO, OPEC, BAKIN, dan sebagainya.

Namun, jika si reporter ragu pemirsa akan memahami singkatan atau akronim itu, gunakan saja kepanjangan lengkapnya. Hal itu lebih aman dan menghindarkan presenter dari kemungkinan membuat kekeliruan.

Punctuation. Jangan gunakan punctuation dalam penulisan berita. Juga colon dan semicolon. Koma juga jarang digunakan dalam naskah untuk menandai jeda atau perubahan pemikiran. Presenter lebih suka menggunakan tiga titik ("...") untuk menandai jeda, karena lebih mudah dibaca di alat TelePrompTer.

Nama. Selalu gunakan nama dan gelar secara sederhana dan bertutur. Jika Anda harus mengidentifikasi seseorang dengan gelarnya, tuliskan gelar itu di depan nama mereka, seperti ketika kita memberi atribusi. Kita bisa menambahkan informasi identifikasi lain, sesudah menyebut nama.

Spelling. Salah menyebut kata atau salah mengeja bisa terjadi pada presenter. Itulah sebabnya, sebelum tampil di layar TV, mereka memang sebaiknya membaca dulu naskah beritanya. Namun, sering hal ini tak dilakukan karena berbagai sebab. Entah karena sekadar malas, atau berita memang ditulis dadakan. Untuk menghindari kekeliruan, reporter yang menulis berita perlu memberitahu presenter, tentang cara mengucapkan nama atau istilah tertentu yang tidak biasa.

Grammar/Tata bahasa. Tata bahasa yang buruk bisa berdampak jelek pada penampilan presenter. Maka, periksalah sekali lagi naskah berita, untuk menghindari tata bahasa yang buruk, sebelum naskah itu diserahkan ke presenter.

Lead yang menjual:

Setiap berita harus dimulai dengan kalimat lead yang kuat. Lead yang paling efektif biasanya mengacu ke beberapa aspek dari berita, yang dianggap penting atau menarik bagi pemirsa. Aspek ini kita namai "hook." Kenali aspek dalam berita itu yang akan memancing perhatian pemirsa dan gunakanlah pada kalimat lead. Lead semacam itu akan memelihara tingkat perhatian dari pemirsa TV.

Minggu, 24 Januari 2010

Selasa, 19 Januari 2010

Hidupku adalah Pejuangan

Kalua kita mau kebali ke masa lampau, isinya hanyalah penyesalan,penyesalan dan penyesalan,rasa cinta,yang pernah di berikan pada orang yang penah kita cintai hanyalah dibuat gurauan belaka.Apakah kita mencintai orang yang salah? kenapa Orang yang di cintai dan Di sayangi selalu membuat ku begitu?hemm..sakit rasanya kalau kita selalu bertoreh kebelakang, Rasa bangkit kadang tibul tapi berat rasanya untuk Menjalankanya.Hidup hanyalah rasa penyesalan kalau kita terus-terus Menoleh kebelakang.
Kini aku berajak baru dan muali mengapai angan- anganku yang belum tercapai.ku jalani semua ini dengan sabar dan tawaka tanpa harus meandang masa suramku ,kini aku tegar, kini aku siap ,kini aku bangkit,untuk kebali kejalan yang bisa engapai cita dan cintaku,rasa sayang ku yang telah pergi kini aku tidak akan menghiraukan lagi..mulailah aku dengan semangtku yang baru dan terus-terus maju demi masa depanku,hidup adalah perjuangan yang tanpa henti-henti dei untuk meraih mimpi..

Your live Is Broken

kalau kita melihat burung yang ada di dalam sangkar kita tidak bisa merasakan rasanya dia..kita hanya bisa mendengarkan siulan yang indah yang selau menghibur kita setiap saat.
Kalau kita boleh bertanya apakah yang di rasakanya?tidak lain hanyalah bosan, suntuk dan muak pada yang punya.(jawab burung. itu tidak jauh dengan manusia yang hidup di dalam kekangan atau pingitan,betapa beratnya kalu kita tidak bisa ber interaksi sama orang luar. Kita akan ketingalan jaman dan kita hanya bisa mengikuti orang lain,yang tidak bisa kita dapat sendiri, betapa beratnya hidup yang seharusnya kita nikmati dengan indah dan yang selau berinterak si ini.kita hanya di buat bahan untuk hiburan,dan lihatan Meskipun kita juga makan,apakah seperti itu..
manusia hidup di dunia tidak hanya untuk makan saja..kita kita harus ber interaksi sesamanya,sunguh kejanya bila ini terjadi pada manusia,jangankau lakukan perlakuan itu kepada manusia.