Kamis, 17 Februari 2011

CANGKIR DAN KOPI



Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni Univesitas Barkeley, california menjumpai dosen kampus mereka dulu.
Melihat para alumni tsb ramai2 membicarakan kesuksesan mereka, profesor tsb segera ke dapur dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yg berbeda-beda.
Mulai dari cangkir yg terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. Profesor tsb menyuruh para alumni untk mengambil cangkir & mengisinya dengan kopi.

Setelah masing2 alumni sdh mengisi cangkirnya dgn kopi, profesor tsb berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian smua memilih cangkir2 yg bagus dan kini yg tersisa hanyalah cangkir2 yg murah dan tdk menarik

. Memilih hal yg terbaik adalah wajar & manusiawi.
Namun persoalannya, ketika kalian tdk mendptkan cangkir yg bagus perasaan kalian mulai terganggu.
Kalian secara otomatis melihat cangkir yg dipegang orang lain & mulai membandingkan cangkir kalian.
Pikiran kalian terfokus pd cangkir, padahal yg kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya."
Hidup kita seperti kopi dlm analogi tsb di atas, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yg kita miliki.

Pesan moralnya, jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yg kita nikmati.
Cangkir bukanlah yg utama, kualitas kopi itulah yg terpenting.
Jangan berpikir bahwa kekayaan yg melimpah, karier yg bagus & pekerjaan yg mapan merupakan jaminan kebahagian.

Itu konsep yg sangat keliru. Kualitas hidup kita ditentukan oleh "Apa yg ada di dalam" bukan "Apa yg kelihatan dari luar".Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tdk pernah merasakan damai, sukacita, dan kebahagian di dalam kehidupan kita?Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yg disajikan di sebuah cangkir kristal yg mewah dan mahal.
"Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.",semoga bermanfaat..