Mempunyai perusahaan besar dan
terkenal di tanah air pasti keberadaan pemiliknya sangat di kenal oleh publik. Apa
lagi perusahaan yang di kelolanya perusahaan media. Ingin menjadi apa keberadaan si bos pasti akan bisa
tercapai melalui medianya. Akan menggaku pernah menjadi orang miskin, terus
menjadi anak singkong. Namun cerita_cerita itu belum tetntu kebenaranya. Sampai-sampai
perjalanan hidupnya banyak yang di
tungakan dalam sebuah buku.
Di Indonesia pemilik media besar saat ini sedang melakukan
pencitraan. Contoh saja pemilik perusahaan lapindo brantas, Abu Rizal bakri
(Ical) yang masih mempunyai permasalahan dengan korban lumpur lapindo yang sisa
ganti ruginya belum di bayar dengan lunas. Namun ia bisa mecalonkan diri
sebagai Calon presiden. Dan seolah olah permasalahan lumpur lapindo sudah
selesai. Melalui media yang dimilikinya keburukan pun tidak di ketahui publik
yang isinya pencitraan pencitraan. Yang akan membuat masyarakat terpesona
melihat nya.
Selain Ical,Mentri BMUN Dahlan Iskan, juga membuat publik sangat
terheran –heran dengan sosoknya. Mulai mengamuk di di pintu tol, menginap di
rumah petani miskin di gunung kidul,berjanji
mengeratiskan biaya tol jika antri lebih dari 10 mobil, namun semuanya yang di
lakukan itu menjadi konsumsi berita yang yang di tulis di group media nya yang
sagat kuat dan besar. Setiap apa yang ia lakukan pasti akan masuk dan menjadi
hedline berita. Publik sekarang pun cermat dan harus sangat selektif melihat
sosok sosok yang sering melakukan aneh-aneh yang di baliknya ternata sebelumnya
sudah di susun.
Di balik pencitraan tersebut di sosial media twitter ramai di
kicaukan mengenai kebohongan DIS ke publik, DIS di nilai banyak menebar janji
ke masyarakat. Bahakan presiden SBY pun juga geram dengan sifatnya yang hanya
mencari popularitas saja tanpa memikirkan masalah-masalah yang ada di BUMN,ungkap
kicauan salah satu tulisan akun twitter
@Triomacanan2000.
Publik nampaknya harus pandai memilah milah para pejabat negara
kita. bentuk kerjanya pejabat apa hanya
pencitraan saja. Masyarakat harus
selektif jika akan ngefan sama pejabat. Apa yang di lakukanya apa memang
benar-benar ia lakukan tanpa ada sekenariao di belakanganya yang akan menjadi
konsumsi media.