Masalah banjir
dan kemiskinan,sekolah geratis, biaya berobat geratis,dan kemacetan, selaulu
menjadi program kerja kandidat pemilu kada di DKI Jakarta untuk merayu rakyat
agar bisa jadi. Para calon gubernur tersebut berlomba-lomba berjanji yang bisa
menyelesaikan semua permasalahan yang
selama ini ada di Jakarata. Janji-janji itu acap kali terus di pakain untuk
merayu para warga ibu kota yang sudah bosan dengan kemacetan dan banjir,yang
kerap terjadi. Namun, program kerja yang di janjikan tersebut tidak banyak yang
terealisasi dan berhasil dan berakir di masa jabatan yang selesai.
Kemacetan di Jakarta di sebabkan,
banyaknya pertumbuhan kendaraan bermotor dan roda 4 semakin tahun semakin
meningkat,selain itu mudahnya untuk memiliki kendaraan dengan cara berkeridit
sekarang ini cukup mudah. Bayangkan saja
yang setiap harinya kendaraan baru selalu bertambah dan tidak di imbangi dengan
pembangunan jalan. Selain itu, kemacetan
Jakarata juga di pengarui akibat banyak nya pendatang yang setiap harinya datang
dari daerah belum nanai pada setelah lebaran dan menjelang kelulusan sekolah,
jumlah itu kana selalu bertambah untuk mengadu nasip di ibu kota,yang
menurutnya banyak peluang lapangan
pekerjaan yang bisa di dapatnya di banding di daerahnya.
Banyak yang mengatakan bahwa Jakarta
sudah menjadi tidak layak menjadi Ibu kota Negara lantaran masalah kemacetan
dan banjir yang selalu menjadi langganan. Dan pemerintah pun berencana akan
memindah ibukota negara ini.
Kemacetan dan banjir di ibukota,nampaknya
tidak hanya menjadi program pemerintah saja melaikan menjadi masalah yang harus
kita pikirkan bersama. Mungkin cara yang pas untuk menuntaskan banjir dan
kemacetan yang sering terjadi di Jakarta, pemerintah haru lebih serius
mengatasi masalah ini. Tidak haya melakukan oprasi untuk warga baru saja. Namun
juga harus di pikirkan kenapa Jakarta menjadi tujuan para pendatang untuk
mengadu nasip.
jika pemerataan pembangunan dan membukan lapangan peketjaan di daerah semakin banyak maka warga ayang akan datang ke ibu kota akan mengurungkan niatnya. Pasanya pemerataan
pembangunan dan indutri harusnya saat ini berada di ibu kota saja. Alangkah
baiknya pabrik-pabrik yang banyak di
jakarta, tidak di beri ijin dan di sarankan membuka di daerah daerah yang
tidak ada pabrik.Sedangkan di pulau Jawa sudah ada tiga pelabuhan laut yakni,
tanjung perak Surabaya,tanjungmas Semarang,dan tanjung Priok Jakarta ketiga
pelabuhan itu bisa menjadi prioritasa untuk meningkatkan perekonomian .hanylah pelabuhan di jakarta yang
paling besar.Jika program pemerataan pembangunan di lakukan secara merata mungkin jakarta tidak akan menjadi tujuan untuk mengadu nasip. Untuk masalah
terkait angkutan jika di bukanya industri di daerah yang jauh bisa di lakukan dengan mengunakan kereta api yang akan
mengangakat kontainer yang bisa membawanya ke pelabuhan.
selai itu pembatasa kepemilikan kendaraan bermotor juga harus di pikirkan pemerintah,selain bisa menirit bahan bakar juga meminimalisasi kendaraan yang ada diJakarta yang tidak seperti sekarang ini yang sangat semrawut.
Warga yang tinggal di desa pun pasti enggan
untuk pergi ke kota kalau di daerahnya ada banyak lapangan pekerjaan. Langkah selanjutnya
menurunkan UMR DKI Jakarta yang selama ini UMR masih menjadi nilai tertingi dan
selalu menjadi alasan untuk mengadu nasip di ibu kota. Bayangkan jika nilai UMR
di Jakarta rendah dan lebih tingi nilai UMR di desa saya yakin orang yang yang
akan mengadu nasip di ibukota akan sediki.jika masyarakat sedikit yang datang
di Jakarta makan kemacetan di jakarata akan
tidak terjadi. Bayangkan saja ibu kota jika pada saat musim lebaran
hampir setiap jalan protokol yang setiap harinya mengalami kemacetan lengang
tidak macet. Mungkin jika program ini bisa di lakukan jalan jalan layang yang
ada di ibu kota akan sepi dan akan tidak di paakai mengingat jalan- jalan utama
masih tidak mengalami kemacetan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar