Senin, 28 Mei 2012

Solusi mengatasi kemacetan Jakarta



Masalah banjir dan kemiskinan,sekolah geratis, biaya berobat geratis,dan kemacetan, selaulu menjadi program kerja kandidat pemilu kada di DKI Jakarta untuk merayu rakyat agar bisa jadi. Para calon gubernur tersebut berlomba-lomba berjanji yang bisa menyelesaikan  semua permasalahan yang selama ini ada di Jakarata. Janji-janji itu acap kali terus di pakain untuk merayu para warga ibu kota yang sudah bosan dengan kemacetan dan banjir,yang kerap terjadi. Namun, program kerja yang di janjikan tersebut tidak banyak yang terealisasi dan berhasil dan berakir di masa jabatan yang selesai.

Kemacetan di Jakarta di sebabkan, banyaknya pertumbuhan kendaraan bermotor dan roda 4 semakin tahun semakin meningkat,selain itu mudahnya untuk memiliki kendaraan dengan cara berkeridit sekarang ini cukup mudah.  Bayangkan saja yang setiap harinya kendaraan baru selalu bertambah dan tidak di imbangi dengan pembangunan  jalan. Selain itu, kemacetan Jakarata juga di pengarui akibat banyak nya pendatang yang setiap harinya datang dari daerah belum nanai pada setelah lebaran dan menjelang kelulusan sekolah, jumlah itu kana selalu bertambah untuk mengadu nasip di ibu kota,yang menurutnya banyak peluang  lapangan pekerjaan yang bisa di dapatnya di banding di daerahnya.

Banyak yang mengatakan bahwa Jakarta sudah menjadi tidak layak menjadi Ibu kota Negara lantaran masalah kemacetan dan banjir yang selalu menjadi langganan. Dan pemerintah pun berencana akan memindah ibukota negara ini.

Kemacetan dan banjir di ibukota,nampaknya tidak hanya menjadi program pemerintah saja melaikan menjadi masalah yang harus kita pikirkan bersama. Mungkin cara yang pas untuk menuntaskan banjir dan kemacetan yang sering terjadi di Jakarta, pemerintah haru lebih serius mengatasi masalah ini. Tidak haya melakukan oprasi untuk warga baru saja. Namun juga harus di pikirkan kenapa Jakarta menjadi tujuan para pendatang untuk mengadu nasip.

jika pemerataan pembangunan dan membukan lapangan peketjaan di daerah semakin banyak maka warga ayang akan datang ke ibu kota akan mengurungkan niatnya. Pasanya pemerataan pembangunan dan indutri harusnya saat ini berada di ibu kota saja. Alangkah baiknya pabrik-pabrik yang banyak  di jakarta, tidak di beri ijin dan di sarankan membuka di daerah daerah yang tidak ada pabrik.Sedangkan di pulau Jawa sudah ada tiga pelabuhan laut yakni, tanjung perak Surabaya,tanjungmas Semarang,dan tanjung Priok Jakarta ketiga pelabuhan itu bisa menjadi prioritasa untuk meningkatkan perekonomian .hanylah pelabuhan di jakarta yang paling besar.Jika program pemerataan pembangunan  di lakukan secara merata mungkin jakarta tidak akan menjadi tujuan untuk mengadu nasip. Untuk masalah terkait angkutan jika di bukanya industri di daerah yang jauh  bisa di lakukan dengan mengunakan kereta api yang akan mengangakat kontainer yang bisa membawanya ke pelabuhan.

selai itu pembatasa kepemilikan kendaraan bermotor juga harus di pikirkan pemerintah,selain bisa menirit bahan bakar juga meminimalisasi kendaraan yang ada diJakarta yang tidak seperti sekarang ini yang sangat semrawut.

Warga yang tinggal di desa pun pasti enggan untuk pergi ke kota kalau di daerahnya ada banyak lapangan pekerjaan. Langkah selanjutnya menurunkan UMR DKI Jakarta yang selama ini UMR masih menjadi nilai tertingi dan selalu menjadi alasan untuk mengadu nasip di ibu kota. Bayangkan jika nilai UMR di Jakarta rendah dan lebih tingi nilai UMR di desa saya yakin orang yang yang akan mengadu nasip di ibukota akan sediki.jika masyarakat sedikit yang datang di Jakarta makan kemacetan di jakarata akan  tidak terjadi. Bayangkan saja ibu kota jika pada saat musim lebaran hampir setiap jalan protokol yang setiap harinya mengalami kemacetan lengang tidak macet. Mungkin jika program ini bisa di lakukan jalan jalan layang yang ada di ibu kota akan sepi dan akan tidak di paakai mengingat jalan- jalan utama masih tidak mengalami kemacetan.


Tidak ada komentar: