Sabtu, 17 Juli 2010

Bagaikan Petasan didalam Rumah


Program kompensasi pemerintah mengalihkan miyak gas beralih menjadi gas elpiji,menjadi sangat dilematis waraga. Tabung gas yang diberikan secara cuma-cuma ini mejadi masalah baru bagi warga yang mengunakanya.,bak sebagai bom yang siap meledakkan rumah setiap saat. Hampir setiap hari ledakan itu terjadi dibeberapa daerah,apakah kurangnya sosialisasi,apa juga buruknya kualitas tabung gas yang diberikan itu.

Warga pun kini takut mengunakan tabung itu,jaji pemerintah memberikan kompensasi bagi korban yang terkena ledakan pun hanyalah diberikan pada saat setelah berobat,dan masih banyak yang berobat dengan biaya sendiri. Nanapaknya pihak pertamina lamaban dengan penanganan tersebut. Pemberian selang yang akan dilakukan tidak kujung turun,sedangkan masyarakatpun setiap hari nmengunakan tabung gas tersebut. Sosialisasi demi sosiali sasi dilakukan pihak terkait demi kejadian ledakan tidak akan terjadi. Namun disisilain banyaknya oknum yang tidak bertangung jawab, yang mengalih fungsikan pengoplosan tabung gas supsidi menjadi non subsidi, banyak dilakukan karena dalih keuntungan yang di dapatkanya banyak.

Wargapun sangat takut mengunakan kompor kompensasi yang diberikan itu. Bayak pula yang tidak mengunakan lagi karena takut kalau meledak, yang tidak bisa di duga. Penayangan iklan yang selalu banyak ditayangkan di televisi kuranglah mengena bagi warga,karena warga yang tidak selalu meligat tayangan itu. Lagi-lagi pemerintah menjadi orang yang bertangung jawab masalah ini. Wargapun mengharapkanya bantuan-bantuan itu.

Apakah pengalihan minyak gas menjadi gas elpiji itu dinilai sudah pas jawabnya, belum. Karena meskipun harga gas muarah tapi masyaraka dirindungi rasa ketakutakutan ledakan yang kapan pun akan terjadi.




Tidak ada komentar: